industri_4.0.png

Revolusi industri merupakan proses perubahan secara besar-besaran pada aspek-aspek seperti teknologi, manufaktur, transportasi, dan mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap kondisi sosial maupun ekonomi. Hingga saat ini, dunia sudah mengalami tiga kali revolusi industri, Davis (World Economic Forum, 2016) mengatakan bahwa revolusi industri yang pertama terjadi pada tahun 1784 dimana terjadi pergeseran dari ketergantungan manusia terhadap binatang dan biomassa sebagai  sumber energi utama, menjadi penggunaan bahan bakar fosil untuk tenaga mesin mekanis. Diantara akhir abad ke-19 dan dua dekade pertama pada abad ke-20, dengan meluasnya distribusi listrik, komunikasi, sehingga terciptanya division of labour, produksi massal, dan revolusi industri kedua. Pada tahun 1950-an, revolusi industri ketiga terjadi dengan adanya pengembangan pada sistem digital, teknologi informasi, sehingga memungkinkan muncul cara-cara baru untuk menghasilkan output, memproses input, dan berbagi informasi.

Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini bukan lagi menjadi kelanjutan untuk revolusi industri ketiga, melainkan menjadi gerbang untuk datangnya revolusi industri keempat atau industri 4.0. Davis (World Economic Forum, 2016) mengartikan industri 4.0 ini sebagai cyber-physical systems yang berarti teknologi bukan lagi menjadi ‘alat’ melainkan tertanam pada kehidupan masyarakat. Artificial Intelligence, nanotechnology, biotechnology, autonomus vehicles, dan 3D printing merupakan contoh semakin luasnya perkembangan teknologi saat ini. Kecepatan, jangkauan/cakupan, dan dampak merupakan tiga alasan dari Schwab (World Economic Forum, 2016) yang menjelaskan bahwa transformasi teknologi saat ini bukan perpanjangan dari revolusi industri ketiga, melainkan kedatangan revolusi industri keempat. Dibandingkan dengan revolusi industri terdahulu yang berubah secara linier, industri 4.0 berubah secara eksponensial sehingga dapat mengganti sistem produk, manajemen, bahkan kepemerintahan secara dalam.

Memasuki Industri 4.0 ini akan banyak manfaat yang bisa didapat dengan kemajuan teknologi yang semakin membantu tidak hanya dalam hal input-output, melainkan keseharian manusia. Contoh dalam skala yang kecil, pemesanan taksi, pembelian tiket baik kereta maupun pesawat, e-commerce, membeli suatu produk, dan melakukan pembayaran, semua itu bisa dilakukan dengan satu alat; smartphone. Dibandingkan dengan beberapa tahun kebelakang, ketika ingin naik taksi harus menunggu dipinggir jalan menunggu taksi lewat, antri panjang saat membeli tiket kereta ataupun pesawat, membayar tagihan listrik, internet, air, dan lain sebagainya harus datang pada kantor masing-masing, namun sekarang semua itu bisa dilakukan dengan mudah, dari jarak jauh, Dibalik kemudahan yang datang dan ditawarkan dari adanya industri 4.0, pasti juga ada tantangan dan hambatan yang harus dihadapi sehingga industri 4.0 dapat terdistribusi secara merata, dapat dinikmati oleh semua kalangan, dan tidak ada yang dirugikan.

Perkembangan teknologi finansial, efesiensi dan produktifias jangka panjang bagi manufaktur, merupakan beberapa manfaat yang akan timbul dari datangnya revolusi industri keempat ini. Selain manfaat, tentunya juga akan datang beberapa tantangan yang akan dihadapi masyarakat terkait dengan ini, sebagai contoh adalah disparitas yang timbul pada pasar tenaga kerja akibat dari perusahaan-perusahaan yang menjadi capital intensive, lebih mengedepankan modal mesin dan perkembangan teknologi daripada tenaga kerja. Perubahan pada kebiasan-kebiasan konsumen juga akan menuntut perusahaan untuk membenahi sistem nya agar sesuai dengan perubahaan konsumen yang timbul akibat revolusi industri ini.

Kauffman (2015) beranggapan bahwa, finansial teknologi telah berkembang dalam beberapa tahun ini, seperti berkembangnya layanan pembayaran, smartphone yang menjadi basis untuk melakukan pembayaran apapun dan juga muncul nya beberapa produk bisnis yang berbasis smartphone seperti apps, google-pay credit dan tentunya masih banyak lagi. Kauffman (2015) juga menambahkan bahwa kapabilitas uang sekarang semakin luas sejak munculnya BitCoin dan block-chain technology. Don dan Alex Tapscott dalam bukunya berjudul Block-chain Revolution (2016) mendefinisikan block-chain technology sebagai sebuah buku besar digital berisi transaksi-transaksi ekonomi yang tidak dapat rusak dan dapat di program tidak hanya untuk mencatat transaksi finansial namun hampir apapun yang mempunyai nilai dapat dicatat secara virtual. Tentunya untuk memahami teknologi ini tidak mudah dan tidak akan cukup jika dibahas pada artikel ini, sebagai contoh gampangnya dari block-chain technology adalah distributed database seperti Google Docs. Lalu dengan berkembangan teknologi yang semakin hebat saat ini, akan sampai mana smartphone dapat mendukung dan membuat kegiatan finansial menjadi lebih hebat lagi?

Schwab (World Economic Forum, 2016) mengungkapkan bahwa di masa depan inovasi dari teknologi akan memberikan keuntungan dari sisi penawaran, berupa keuntungan jangka panjang dalam efisiensi dan produktivitas. Biaya transportasi dan komunikasi akan turun, logistik dan rantai pasokan global akan menjadi lebih efektif, dan biaya perdagangan akan berkurang, yang secara keseluruhan akan membuka pasar baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Revolusi industri keempat tidak terlepas dari adanya tranformasi teknologi yang semakin berkembang pesat yang menjadikan teknologi tertanam dalam kehidupan masyarakat. (Davis, 2016) Seiring berjalannya waktu teknologi yang terus berubah akan mendorong semakin besarnya tekanan akan persaingan tenaga kerja yang memperburuk ketidaksetaraan, karena pendapatan pekerja berkurang (Basu, 2016)) Revolusi industri keempat dapat menghasilkan ketidaksetaraan yang lebih besar, terutama yang berpotensi mengganggu pasar tenaga kerja. Perubahan dari labor-intensive menjadi otomasi dapat memperburuk kesenjangan antara pengembalian modal dan upah tenaga kerja. (Brynjolfsson dan McAfee, 2016) Hal inilah yang menyebabkan upah tenaga kerja diposisi yang sama bahkan terus menurun akibat transformasi teknologi (Schwab, 2016) Lalu, yang terakhir adalah bagaimana konsumen di era modern tidak lagi hanya menginginkan produk berupa barang, tetapi juga menuntut adanya layanan jasa yang akan membuat tatanan hidupnya jauh lebih mudah dan lebih menguntungkan (Soca, 2017).

Dengan begitu banyaknya manfaat dan tantangan yang timbul akibat muncul nya revolusi industri ini tentunya akan menjadi sebuah kewajiban bagi pemerintah untuk menggunakan momentum ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja nya dan kesejahteraan masyarakat. Schwab (World Economic Forum, 2016) menganggap bahwa sistem kebijakan dan pengambilan keputusan saat ini masih bersifat top down approach, yaitu ketika para pengambil keputusan mempelajari isu spesifik dan mengembangkan respon yang diperlukan atau kerangka peraturan yang tepat. Tapi pendekatan seperti itu tidak lagi layak dilakukan. Dengan perubahan kecepatan Revolusi Industri, legislator dan regulator dituntut untuk dapat mengatasi perubahan yang tidak pernah terjadi pada revolusi sebelumnya.

Untuk mengakhiri, pesat nya perkembangan teknologi saat ini bukanlah mejadi kelanjutan dari revolusi industri ketiga melainkan menjadi satu jalan untuk datang nya revolusi industri keempat, karena berbeda dengan perkembangan industri terdahulu yang cenderung linear, kali ini perkembangan nya adalah eksponensial dan sangat luas dimana cyber-physical system menjadi pusat dalam revolusi industri kali ini, berintergrasi nya manusia dengan teknologi sehingga menimbulkan kapabilitas yang benar-benar baru dan luas bagi manusia.

Manfaat dan tantangan tentunya akan muncul seiring berkembangnya revolusi industri ke empat ini. Seperti semakin luasnya perkembangan finansial teknologi, dan juga manufaktur dalam hal produktifitas dan efisiensi. Lalu, disparitas tenaga kerja akan muncul sebagai tantangan untuk revolusi industri ini dimana banyak perusahaan yang akan mengedepankan modal mesin (capital intensive) daripada modal tenaga kerja.

Revolusi Industri keempat merupakan tantangan terbesar yang harus dihadapi saat ini karena tidak hanya mempengaruhi pasar tenaga kerja ataupun perilaku produsen dan konsumen saja tetapi secara keseluruhan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi. (Soca, 2017) Untuk mengatasinya seluruh masyrakat harus berkembang secara komprehensif dan melihat dari berbagai sisi bagaimana teknologi dapat mempengaruhi kehidupan baik ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan hidup sehingga dapat membentuk tatanan hidup yang baru dan pemerintah harus berpikir secara sistematis dan strategis akan adanya transformasi teknologi (Schawb, 2016).

 

References List

Kauffman, Robert J. 2015. Electronic Commerce Research and Applications. School of Information system, Singapore Management University, Singapore.

Schwab, Klaus. 2016. The Fourth Industrial Revolution: what it means, how to respond. World Economic Forum.

Davis, Nikolas. 2016. What is the Fourth Industrial Revolution? World Economic Forum.

Arevalo-Carpenter, Michelle. 2017. Politics, the Fourth Industrial Revolution and How Business Can Make the World More Humane. World Economic Forum.

Bernaert, Arnaud. 2016. Health and the Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum.

Columbus, Louis. 2016. Industry 4.0 Is Enabling a New Era of Manufacturing Intelligence and Analytics. Forbes.

Hits 14252