TOC - Seberapa Efektifkah Danusan Untuk Mendorong Mahasiswa Berwirausaha?

Oleh : Arindawatik dan Moch Fahkri Falah

     Pada era digital ini banyak bermunculan Pengusaha muda yang handal .Hal ini dibuktikan pada saat duduk dibangku kuliah banyak sekali program – program yang ditawarkan oleh kampus demi menunjang jiwa kewirausahaan yang lincah. Program dikampus ini memiliki manfaat secara tidak langsung untuk mahasiswa, namun tergantung mahasiswa sendiri bisakah mengambil peluang manfaat dari berwirausaha dikampus mereka. Salah satu program yang menjadi titik fokus kita adalah berwirausaha ala mahasiswa saat ini salah satunya bisa disebut danusan.

Lalu seberapa pentingkah danusan ini untuk menjadikan penghasilan tambahan? Apakah dengan danusan mahasiswa menjadi tertarik untuk berwirausaha?

     Berdasarkan data Kementrian koperasi dan UKM RI tahun 2012 mengenai keinginan anak muda Indonesia untuk berwirausaha, Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga, seperti negara Singapura dan Malaysia, lebih dari 7.2 persen pengusaha Singapura, dan lebih dari 3 persen pengusaha Malaysia yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Indonesia hanya memiliki 1.18 persen pengusaha alias kurang dari 2 persen dari jumlah penduduk saat ini.Padahal untuk membangun ekonomi bangsa dan menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari jumlah populasi penduduknya, berarti dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini.

     Berdasarkan survei yang peneliti lakukan terhadap 63 responden milenial 85,7% menyatakan bahwa responden pernah berpikiran untuk menjadi pengusaha, 7,9% menyatakan mungkin untuk menjadi pengusaha, dan 6,4% menyatakan tidak pernah berpikiran menjadi pengusaha. Dari 63 responden 76,2 % belum memiliki suatu bidang usaha atau bisnis, dan sisanya 23,8% sudah memiliki suatu bidang usaha. Melaluiresponden kita mengetahui beberapa hal mengapa banyak pemuda takut untuk berwirausaha. Diantaranya sebanyak 47,5%takut akan kegagalan atau kebangkrutan, sebanyak 34,9% mempunyai modal yang minim, dan sisisanya takut untuk memulai karena kurangnya dukungan, takut tidak dapat memuaskan customer, takut tidak memiliki ide, belum memiliki wawasan, dan takut akan masalah pembagian waktu.

     Minimnya pengusaha muda di Indonesia juga disebabkan oleh minimnya pendidikan kewirausahaan yang ada. Sebagian besar responden menyatakan pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang. Sebagai negara berkembang kita harusnya menjadikan negara-negara maju sebagai pedoman atau contoh, seperti yang diterapkan di salah satu perguruan tinggi Amerika yaitu MIT (Massachusette Institute Technology) yang dalam kurun waktu tahun 1980-1996 ditengah pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial University. Meskipun pada kenyataanya banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Sungguh prestasi yang sangat spektakuler sehingga merubah kondisi Amerika menjadi negara super power. Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi sukses didunia

     Berdasarkan penelitian yang dilakukan zhou Hong tahun 2012 menyatakan bahwa kualitas yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah keterampilan komunikasi yang baik harus menjadi yang teratas sebanyak 87,5%, semangat tantangan yang kuat, keterampilan mengelola dan kepemimpinan yang baik, kualitas psikologi yang baik sebanyak 77,5%, hubungan sosial yang baik sebanyak 75% dan pengetahuan profesional yang luar biasa membutuhkan peringkat 52,5% sebagai yang terakhir.

     Selain itu pendidikan kewirausahaan memiliki efek yang jelas untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa dan juga memperkaya pengetahuan bisnis dan meningkatkan kualitas kewirausahaan. Tetapi universitas juga perlu meningkatkan penetrasi kewirausahaan, lebih memperhatikan wirausaha mahasiswa, bekerja sama dengan perusahaan sosial, menawarkan lebih banyak peluang untuk magang, dan memperkuat keterbukaan dan kepraktisan pendidikan kewirausahaan. Saat ini, banyak perguruan tinggi dan universitas telah memasuki tahap dimana mahasiswa memulai bisnis mereka sendiri dan mempromosikan pekerjaan menjadi pengusaha. Kunci pengembangan wirausaha mahasiswa adalah berkonsentrasi pada karakteristik psikologis dan perilaku serta mengenali potensi mereka sendiri.

     Pendidikan kewirausahaan dalam berbagai aspeknya diharapkan mampu memberikan pencerahan bagi para mahasiswa dalam meniti karir sebagai wirausaha. Hal tersebut sangatlah penting untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah angka pengangguran terdidik di Indonesia yang semakin tinggi. Angka pengangguran terbuka di Indonesia saja sebanyak 5,13% pada tahun 2018. Dengan memiliki usaha yang dapat dirintis sejak usia muda dapat menjadi hal yang menguntungkan di masa depan.  Di masa ini, banyak mahasiswa yang telah sukses merintis usaha sejak duduk di bangku kuliah. Dengan usia yang muda dan kuantitas waktu luang yang tersedia sebagai mahasiswa, memulai suatu usaha dengan serius dan tanggung jawab tentunya akan bisa menjadi peluang usaha yang potensial untuk mendapat penghasilan tambahan guna membayar uang kuliah dan memenuhi kebutuhan lainnya. Salah satunya usaha mahasiswa yaitu danusan.

     Danusan sendiri adalah suatu usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan dana, dimana mereka ingin menambah penghasilan pribadi ataupun untuk menambah dana suatu acara atau program kerja. Banyak program kerja mahasiswa yang tidak bisa dibiayai sepenuhnya dari kampus dan sponsor, maka dari itu terciptalah danusan untuk mengurangi kekurangan dana. Salah satu kegiatan danusan yang dilakukan mahasiswa adalah menjual produk makanan, minuman, jastip (jasa titip) oleh-oleh, sampai dengan garage-sale (menjual baju-baju layak pakai dengan harga murah). Pendapatan bersih yang didapat seorang mahasiswa melalui danusan bisa beragam dengan kisaran Rp 500.000 sampai dengan Rp 3.000.000 per bulannya.

     Dengan adanya danusan yang saat ini marak terjadi dikalangan mahasiswa, maka danusan ini dirasa penting untuk mengembangkan soft skill mahasiswa terutama dibidang berwirausaha, karena kedepannya pastilah banyak sekali berkembang didalam dunia bisnis sehingga dengan memulai berlatih sejak dini akan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat untuk kedepannya.

     Dengan berdanusan seorang mahasiswa belajar praktik berwirausaha secara langsung dimana biasanya hanya didapatkan melalui materi kuliah yang singkat, disini mahasiswa dituntut untuk selalu bisa melakukan ide-ide jualan, sampai proses marketingnya. Dimana jika proses ini terus diterapkan dan mahasiswa sampai lulus dan bisa berwirausaha sendiri dan menciptakan lapangan pekerjaan maka pengangguran di Indonesia akan berkurang, sebagai contoh jika seorang wirausaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan minimal untuk 1 orang dan jika sebanyak 2% dari 260 juta penduduk Indonesia atau sebanyak 5.2 juta melakukan hal tersebut, maka jumlah pengangguran akan semakin menurun bahkan bisa mencapai full employment.

     Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha harus ditanamkan dalam pendidikan di Indonesia dalam sejak dini, khususnya untuk mahasiswa. Pendidikan mengenai ilmu pengetahuan memang sangat penting, namun harus diimbangi dengan softskill yang dimiliki mahasiswa salah satunya berwirausaha, dengan harapan jika pengetahuan berwirausaha sudah ditanamkan sejak dini, maka masyarakat Indonesia tidak selalu bergantung kepada orang lain untuk masalah pekerjaan, karena kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan tersebut sendiri dan menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran akan turun dan pertumbuhan ekonomi negara kita akan membaik.

 

Referensi :

Ismangil, Wagiyono. 2005. Kewirausahaan Manajemen dan Pengembangan

Joko Sutrisno, 2003, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini, Bandung : IPB

Suryana, 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Bandung

Wasty Soemanto, 2002, Pendidikan Wiraswasta, Jakarta : Bumi Aksara

jurnalZhou Hong et al. / Energy Procedia 17 ( 2012 ) 1907 – 1913 1911

http://jurnal-airlangga.blogspot.com/2011/05/strategi-mahasiswa-cukupi-dana-acara.html?m=1

 

Tags :
Hits 11723